Powered by Blogger.

[Book Review] Keajaiban Toko Kelontong Namiya

by - March 31, 2021


Suatu malam, kamu mendapat surat misterius dari seseorang yang meminta pendapat dan saranmu tentang berbagai hal di hidupnya. Kamu membalas suratnya, dia balik membalas. Kemudian, kamu merasa aneh: kok, dia nggak mengerti soal teknologi di masa kini? Kenapa dia menyebut-nyebut soal kejadian yang sudah terjadi puluhan tahun yang lalu? Kok, bahasa di suratnya aneh ya?

Kemudian, kamu tersadar... kamu sedang berkomunikasi dengan seseorang di masa lalu.

Kurang lebih seperti itulah bagian pembuka dari novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya karangan Keigo Higashino. Novel Jepang yang aslinya berjudul Namiya Zakkaten no Kiseki ini cukup berbeda dengan karya-karya Higashino-sensei yang lainnya. Beliau sebenarnya terkenal dengan karya-karya misterinya (looking forward to read them!), makanya banyak pembaca setia beliau yang antusias dengan novel ini karena menawarkan cerita yang berbeda.

Novel ini bercerita tentang tiga pemuda yang sedang bersembunyi di suatu bangunan tak berpenghuni usai merampok sebuah rumah. Ternyata bangunan tersebut adalah bekas toko kelontong yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Ketika mereka sedang beristirahat, tiba-tiba ada sepucuk surat yang diselipkan ke pintu dan membuat mereka ketakutan gara-gara mengira keberadaan mereka ketahuan. Penasaran, mereka mencoba membaca suratnya yang ternyata berisi permintaan saran dari seseorang.

Awalnya, mereka hanya iseng membalas surat tersebut. Keanehan mulai muncul ketika balasan surat tersebut datang secepat kilat. Lalu, ketika mereka bertiga membaca balasan suratnya, ada hal aneh lain yang mengusik pikiran mereka: isi suratnya menyiratkan seakan-akan si penulis surat berada di masa lalu. Setelah berbalas surat beberapa kali, barulah mereka sadar kalau si pengirim surat memang berasal dari masa lalu, yang berarti entah bagaimana mereka terbawa ke masa lalu ketika berada di dalam toko kelontong tersebut.

Tak hanya itu, ternyata ada surat-surat lain yang datang dengan cerita yang berbeda-beda, namun sama-sama meminta saran. Mereka bertiga pun tenggelam dalam keasyikan berbalas surat dengan siapapun yang mengirimkan surat permintaan saran ke toko kelontong itu. Tanpa sepengetahuan mereka, saran-saran yang mereka tuliskan dalam surat ternyata sangat berpengaruh pada kehidupan orang-orang tersebut... dan juga kehidupan mereka.


Keajaiban Toko Kelontong Namiya termasuk novel yang sempat membuat saya bingung: genre-nya apa, ya? Kalau saya sebut fantasi, rasanya kurang tepat. Supernatural? Kurang pas juga. Kalau menurut saya sih, novel ini cenderung masuk ke genre slice of life dengan bumbu fantasi dan supernatural.

Sebagai bagian paling depan dari sebuah buku, sampul Keajaiban Toko Kelontong Namiya langsung menarik perhatian saya. Desainnya simpel, tapi tetap cantik dan eye-catching. Jujur, hal pertama yang bikin saya tertarik dengan novel ini bukan sinopsisnya, tapi cover-nya, haha. Untungnya, isi novelnya nggak mengecewakan. Jadi, judge a book by its cover itu kadang-kadang perlu ya, manteman.

Membicarakan isinya, novel ini sebenarnya tidak hanya berfokus pada ketiga pemuda di atas, tapi ada juga beberapa subplot lainnya. Subplot-subplot di novel ini awalnya terasa tidak nyambung, tapi semakin ke belakang, kita bakal sadar kalau semua hal di Keajaiban Toko Kelontong Namiya ternyata saling berhubungan. Jadi, ketika kita sampai di akhir novel, rasanya seperti full circle—lengkap dan nggak ada yang terlewat. Memuaskan deh pokoknya.

Walaupun Keajaiban Toko Kelontong Namiya bukan tergolong novel misteri atau detektif, sebagai pembaca kita bakal merasa penasaran dan terpancing untuk mencoba menghubungkan benang merah yang ada di novel ini. Selain itu, ada juga rasa ingin tahu soal bagaimana dan dengan cara apa saran-saran ketiga pemuda tersebut bakal mempengaruhi jalan cerita secara keseluruhan. Intinya, novel ini tetap mengajak kita untuk berpikir dalam merangkai keseluruhan cerita.


Sebelum membaca novel ini, saya sempat membaca beberapa review yang menyebut kalau novel ini heartwarming. Setelah menamatkan novelnya, saya bisa bilang kalau review-review tersebut benar: membaca Keajaiban Toko Kelontong Namiya membuat saya merasa hangat dan senang. Cerita dalam novel ini terasa sederhana, tapi juga kompleks di saat yang sama. Gara-gara sebelumnya saya baca Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 yang bikin sedih dan Pembunuhan Zodiak Tokyo yang bikin pusing, novel ini rasanya jadi penutup yang manis.

Eh, berarti novel ini kayak dessert, dong? Well, bisa dibilang begitu sih, haha.

Singkatnya, Keajaiban Toko Kelontong Namiya menawarkan cerita yang simpel, tapi sukses bikin saya nggak bisa berhenti membaca bukunya sampai akhir. Truly a pageturner. Buat kalian yang mau menjajal sastra Jepang dan nggak pengen cerita yang terlalu berat, novel ini bisa jadi pilihan buat teman baca kalian.

Sayonara!

Love,
K

You May Also Like

0 comments