[Game Thoughts] Until Dawn (2015)
from the-artifice.com |
Kalau
kalian hobi nonton film horor, pasti lama-lama kalian familiar dengan hal-hal
yang klise dan kemungkinan besar selalu ada dalam film horor: jumpscare di sana-sini, musik yang bikin
merinding, urutan kematian tiap karakter bagaimana dan seperti apa, plot twist-nya bagaimana, karakternya
siapa saja, apa yang dilakukan karakter tersebut, daann masih banyak lagi.
Saking
hafalnya, kadang kita sampai bosan dan gemes dengan horror cliche yang itu-itu aja, ya kan? Pernah nggak sih, kalian
nonton film horor dan harus menepuk dahi saking kesalnya gara-gara karakternya
melakukan hal-hal konyol seperti mengecek suatu barang atau tempat yang
jelas-jelas berbahaya, atau berteriak-teriak memanggil temannya padahal itu
bakal memancing bahaya? I assure you,
you’ve done it at least once in your lifetime.
Lalu,
semisal kalian ada dalam situasi horor seperti itu, apakah kalian bakal
melakukan hal yang lebih rasional atau malah lebih konyol? Seandainya kitalah
yang jadi karakter film horor, apa yang bakal kita lakukan? Nah, Until Dawn (2015) ada untuk membantu
kita merasakan atmosfir film horor secara langsung.
Until Dawn adalah game horror-survival besutan Supermassive Games yang diluncurkan
khusus untuk konsol PS4. Yeah, PS4
exclusive game is a thing now. Game ini mengombinasikan semua elemen-elemen
klise yang ada dalam film horor: karakternya yang masih remaja, lokasi
ceritanya yang terisolasi dari mana-mana, dan jumpscare yang siap membuat pemainnya kaget.
Cerita
dari Until Dawn berfokus pada delapan
remaja yang tengah berlibur di lodge di
sebuah gunung. Kedelapan remaja ini bernama Sam, Mike, Ashley, Jessica, Chris,
Emily, Josh, dan Matt. Setahun sebelumnya, mereka baru saja kehilangan dua
sahabat mereka, si kembar Hannah dan Beth yang juga merupakah adik dari Josh. Mereka
sedang berlibur di tempat yang sama ketika Hannah kabur dari lodge tersebut karena malu setelah
dikerjai oleh teman-temannya. Beth yang khawatir pun keluar menyusulnya, namun
nasib keduanya tidak pernah diketahui. Mereka pun dianggap sudah meninggal.
Setahun
kemudian, pada anniversary menghilangnya
gadis kembar tersebut, Josh mengundang teman-temannya untuk kembali berlibur di
lodge itu. Ketika mereka berdelapan
sudah berkumpul, ada suatu hal yang terus-menerus mengganggu mereka, namun
mereka tidak tahu apa persisnya yang mengganggu mereka. Seiring game berjalan, mereka akhirnya menemukan
potongan-potongan petunjuk yang membantu mereka mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi di gunung itu.
Saya
pertama kali tahu soal game ini lewat
PewDiePie, so I followed his gameplay to
find out what’s this game about. Game ini terdiri dari 10 chapter, di mana setiap chapter selalu merujuk pada waktu
sebelum fajar—hence the name Until Dawn. Misalnya,
di chapter pertama, kita diberi
keterangan: ten hours until dawn. Di chapter kedua, nine hours until dawn, dan seterusnya. Selama bermain, kita juga
akan memainkan semua karakter yang ada, jadi sudut pandang permainan bakal
berbeda-beda.
Salah
satu faktor “menjual” yang ada dalam game
ini adalah formatnya yang berupa choice-based
game, yang pertama kali saya kenal lewat game Beyond: Two Souls (2013). Choice-based
game ini pada umumnya menggantungkan jalan ceritanya pada pilihan pemain,
jadi game experience yang dirasakan
setiap pemain tidak ada yang sama persis. It’s
basically an advanced version of choose-your-own-story adventure book. Karena
jalan ceritanya bergantung pada pilihan pemain, ending dari game jenis
ini juga tergantung pada pilihan pemain. Untuk Until Dawn, the choice is always either being alive or dead. Kita
bisa berupaya untuk menyelamatkan semua pemain, atau bahkan tidak menyisakan survivor sama sekali.
Pentingnya
memilih pilihan yang tepat juga ditekankan sejak awal game: kita diberi narasi singkat soal butterfly effect. Singkatnya, butterfly
effect ini adalah suatu keadaan di mana pilihan yang kita ambil bisa
berdampak besar di waktu yang akan datang, walaupun pilihan itu pada awalnya
terkesan sepele. Butterfly effect ini
terkadang muncul di dalam game:
ketika kita dihadapkan pada suatu pilihan yang akan mempengaruhi jalannya
cerita dan sudah menentukan suatu pilihan, sekumpulan kupu-kupu di bagian pojok
layar akan muncul. Bagian ini salah satu hal yang bikin saya paling deg-degan
ketika menonton gameplay-nya di
YouTube: how will this choice affect the
story?
Karena
game ini bersifat choice-based, saya jadi penasaran dengan
gameplay beberapa YouTuber yang sudah
pasti bakal berbeda-beda. Untuk game ini,
saya menonton gameplay dari tiga
YouTuber sekaligus: PewDiePie, Jacksepticeye, dan Markiplier. Bagi saya,
menonton mereka memainkan game ini
dan membuat pilihan yang berbeda-beda cukup menawarkan experience yang menarik. Misalnya PewDiePie dan Jacksepticeye yang
beberapa kali melewatkan clue dan
membuat pilihan yang bikin kita gemas tanpa mereka sadari, atau Markiplier yang
sangat teliti dalam bermain demi mempertahankan semua karakter yang ada. Watch it for yourself, yo. I personally
loved each gameplay and always come back to watch them whenever I can.
Game ini merupakan game eksklusif untuk PS4, jadi
fitur-fitur yang ada dalam game dirancang
untuk memaksimalkan fitur konsol PS4 itu sendiri, misalnya touchpad, sensor gerak (kalau menurut para YouTuber, sih, fitur
paling bikin jengkel dan menegangkan), dan lain-lain. Game ini juga mengandalkan fitur QTE (Quick-Time Events) yang mengharuskan pemainnya menekan urutan
tombol tertentu dalam waktu yang sudah ditentukan. Adakalanya, fitur QTE ini
menentukan hidup dan mati karakter yang ada dalam game, so play very carefully.
Selain
cerita dan gameplay, kualitas akting
para aktor yang terlibat dalam game ini
juga patut diacungi jempol. Saya langsung mengenali 2 dari 10 cast utamanya: Hayden Panettiere (Sam)
dan Rami Malek (Josh), yang memang sudah langganan bermain film dan serial TV
Hollywood. Ada juga Brett Dalton (Mike), yang main di serial TV Marvel Agents of S.H.I.E.L.D.—saya juga baru
tahu gara-gara netizen, haha. Jordan Fisher (Matt) dan Meaghan Martin (Jessica)
juga dulunya berkarya di bawah naungan Disney. FYI, Jordan Fisher ikut
menyanyikan soundtrack Moana (2016) di
end credits-nya, lho. Para cast game ini berperan besar dalam
menghidupkan masing-masing karakter yang ada, dan menurut saya, mereka semua
cukup berhasil.
In conclusion, menurut saya game ini menawarkan pengalaman bermain console game yang menarik dan menegangkan, sekaligus berkesan.
Formatnya juga dirancang sehingga para pemainnya bakal terus-terusan bermain
ulang demi mendapatkan pengalaman bermain yang berbeda. If you really love horror games and have the budget, then the game is
absolutely for you. Memang sudah terhitung rilisan lama, tapi bagi saya
masih tetap worth it untuk ditonton gameplay-nya, apalagi buat dimainkan
langsung, haha. Go experience it yourself!
0 comments