Powered by Blogger.

[Game Thoughts] Until Dawn (2015)

by - November 30, 2018

from the-artifice.com

Kalau kalian hobi nonton film horor, pasti lama-lama kalian familiar dengan hal-hal yang klise dan kemungkinan besar selalu ada dalam film horor: jumpscare di sana-sini, musik yang bikin merinding, urutan kematian tiap karakter bagaimana dan seperti apa, plot twist-nya bagaimana, karakternya siapa saja, apa yang dilakukan karakter tersebut, daann masih banyak lagi.

Saking hafalnya, kadang kita sampai bosan dan gemes dengan horror cliche yang itu-itu aja, ya kan? Pernah nggak sih, kalian nonton film horor dan harus menepuk dahi saking kesalnya gara-gara karakternya melakukan hal-hal konyol seperti mengecek suatu barang atau tempat yang jelas-jelas berbahaya, atau berteriak-teriak memanggil temannya padahal itu bakal memancing bahaya? I assure you, you’ve done it at least once in your lifetime.

Lalu, semisal kalian ada dalam situasi horor seperti itu, apakah kalian bakal melakukan hal yang lebih rasional atau malah lebih konyol? Seandainya kitalah yang jadi karakter film horor, apa yang bakal kita lakukan? Nah, Until Dawn (2015) ada untuk membantu kita merasakan atmosfir film horor secara langsung.

Until Dawn adalah game horror-survival besutan Supermassive Games yang diluncurkan khusus untuk konsol PS4. Yeah, PS4 exclusive game is a thing now. Game ini mengombinasikan semua elemen-elemen klise yang ada dalam film horor: karakternya yang masih remaja, lokasi ceritanya yang terisolasi dari mana-mana, dan jumpscare yang siap membuat pemainnya kaget.

Cerita dari Until Dawn berfokus pada delapan remaja yang tengah berlibur di lodge di sebuah gunung. Kedelapan remaja ini bernama Sam, Mike, Ashley, Jessica, Chris, Emily, Josh, dan Matt. Setahun sebelumnya, mereka baru saja kehilangan dua sahabat mereka, si kembar Hannah dan Beth yang juga merupakah adik dari Josh. Mereka sedang berlibur di tempat yang sama ketika Hannah kabur dari lodge tersebut karena malu setelah dikerjai oleh teman-temannya. Beth yang khawatir pun keluar menyusulnya, namun nasib keduanya tidak pernah diketahui. Mereka pun dianggap sudah meninggal.

Setahun kemudian, pada anniversary menghilangnya gadis kembar tersebut, Josh mengundang teman-temannya untuk kembali berlibur di lodge itu. Ketika mereka berdelapan sudah berkumpul, ada suatu hal yang terus-menerus mengganggu mereka, namun mereka tidak tahu apa persisnya yang mengganggu mereka. Seiring game berjalan, mereka akhirnya menemukan potongan-potongan petunjuk yang membantu mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di gunung itu.

Saya pertama kali tahu soal game ini lewat PewDiePie, so I followed his gameplay to find out what’s this game about. Game ini terdiri dari 10 chapter, di mana setiap chapter selalu merujuk pada waktu sebelum fajar—hence the name Until Dawn. Misalnya, di chapter pertama, kita diberi keterangan: ten hours until dawn. Di chapter kedua, nine hours until dawn, dan seterusnya. Selama bermain, kita juga akan memainkan semua karakter yang ada, jadi sudut pandang permainan bakal berbeda-beda.

Salah satu faktor “menjual” yang ada dalam game ini adalah formatnya yang berupa choice-based game, yang pertama kali saya kenal lewat game Beyond: Two Souls (2013). Choice-based game ini pada umumnya menggantungkan jalan ceritanya pada pilihan pemain, jadi game experience yang dirasakan setiap pemain tidak ada yang sama persis. It’s basically an advanced version of choose-your-own-story adventure book. Karena jalan ceritanya bergantung pada pilihan pemain, ending dari game jenis ini juga tergantung pada pilihan pemain. Untuk Until Dawn, the choice is always either being alive or dead. Kita bisa berupaya untuk menyelamatkan semua pemain, atau bahkan tidak menyisakan survivor sama sekali.

Pentingnya memilih pilihan yang tepat juga ditekankan sejak awal game: kita diberi narasi singkat soal butterfly effect. Singkatnya, butterfly effect ini adalah suatu keadaan di mana pilihan yang kita ambil bisa berdampak besar di waktu yang akan datang, walaupun pilihan itu pada awalnya terkesan sepele. Butterfly effect ini terkadang muncul di dalam game: ketika kita dihadapkan pada suatu pilihan yang akan mempengaruhi jalannya cerita dan sudah menentukan suatu pilihan, sekumpulan kupu-kupu di bagian pojok layar akan muncul. Bagian ini salah satu hal yang bikin saya paling deg-degan ketika menonton gameplay-nya di YouTube: how will this choice affect the story?

Karena game ini bersifat choice-based, saya jadi penasaran dengan gameplay beberapa YouTuber yang sudah pasti bakal berbeda-beda. Untuk game ini, saya menonton gameplay dari tiga YouTuber sekaligus: PewDiePie, Jacksepticeye, dan Markiplier. Bagi saya, menonton mereka memainkan game ini dan membuat pilihan yang berbeda-beda cukup menawarkan experience yang menarik. Misalnya PewDiePie dan Jacksepticeye yang beberapa kali melewatkan clue dan membuat pilihan yang bikin kita gemas tanpa mereka sadari, atau Markiplier yang sangat teliti dalam bermain demi mempertahankan semua karakter yang ada. Watch it for yourself, yo. I personally loved each gameplay and always come back to watch them whenever I can.

Game ini merupakan game eksklusif untuk PS4, jadi fitur-fitur yang ada dalam game dirancang untuk memaksimalkan fitur konsol PS4 itu sendiri, misalnya touchpad, sensor gerak (kalau menurut para YouTuber, sih, fitur paling bikin jengkel dan menegangkan), dan lain-lain. Game ini juga mengandalkan fitur QTE (Quick-Time Events) yang mengharuskan pemainnya menekan urutan tombol tertentu dalam waktu yang sudah ditentukan. Adakalanya, fitur QTE ini menentukan hidup dan mati karakter yang ada dalam game, so play very carefully.

Selain cerita dan gameplay, kualitas akting para aktor yang terlibat dalam game ini juga patut diacungi jempol. Saya langsung mengenali 2 dari 10 cast utamanya: Hayden Panettiere (Sam) dan Rami Malek (Josh), yang memang sudah langganan bermain film dan serial TV Hollywood. Ada juga Brett Dalton (Mike), yang main di serial TV Marvel Agents of S.H.I.E.L.D.—saya juga baru tahu gara-gara netizen, haha. Jordan Fisher (Matt) dan Meaghan Martin (Jessica) juga dulunya berkarya di bawah naungan Disney. FYI, Jordan Fisher ikut menyanyikan soundtrack Moana (2016) di end credits-nya, lho. Para cast game ini berperan besar dalam menghidupkan masing-masing karakter yang ada, dan menurut saya, mereka semua cukup berhasil.

In conclusion, menurut saya game ini menawarkan pengalaman bermain console game yang menarik dan menegangkan, sekaligus berkesan. Formatnya juga dirancang sehingga para pemainnya bakal terus-terusan bermain ulang demi mendapatkan pengalaman bermain yang berbeda. If you really love horror games and have the budget, then the game is absolutely for you. Memang sudah terhitung rilisan lama, tapi bagi saya masih tetap worth it untuk ditonton gameplay-nya, apalagi buat dimainkan langsung, haha. Go experience it yourself!

Final score: 9/10

You May Also Like

0 comments